jeudi 28 mai 2009

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman... (part 6)

Ada yang pernah bilang pada saya bahwa manusia memang sudah dari sananya tidak pernah puas. Begitu juga saya, walaupun saya belakangan sadar kalau kadar 'ketidakpuasan' saya memang terlalu tinggi. Banyak sekali hal yang saya keluhkan, bahkan saya menempel daftar keluhan saya di dinding kamar saya. Saya punya terlalu banyak waktu luang, dan saya sangat amat bosan. Kota saya terlalu kecil, tidak seperti Jakarta, dan saya tidak bisa menemukan sesuatu yang menarik disini. Saya tidak nyaman dengan teman-teman saya, dan saya tidak mau orang lain menganggap saya bagian dari kelompok mereka, karena saya tahu orang lain banyak menganggap mereka kelompok “aneh” yang selalu berpakaian hitam. Saya tidak suka jurusan saya, saya ingin pindah ke jurusan yang lebih “berarti” buat saya, jurusan IPA. Saya tidak bisa bicara banyak dengan keluarga angkat saya, karena seperti yang saya bilang, kami berbeda. Berat badan saya naik drastis, namun saya tidak bisa berhenti makan. Emosi saya semakin labil. Hubungan saya dengan pacar saya semakin tidak jelas. Saya kesepian. Saya iri pada teman-teman saya yang ada di Amerika dan Jakarta yang nampaknya bahagia selalu.

Semua keluhan saya tersebut kembali membawa saya kepada keresahan, ketakutan, dan kebingungan saya dahulu. Apa yang sebenarnya saya lakukan disini? Mengapa yang saya alami sekarang tidak seindah apa yang teman-teman saya ceritakan dulu? Mengapa teman-teman saya yang lain bisa terlihat begitu bahagia di foto-foto facebooknya? Mengapa saya ada di Perancis? Mengapa saya tidak bisa ke Amerika dan menikmati masa-masa SMA seperti yang saya lihat di film-film? Dan masih banyak keluhan serta keirian yang timbul di benak saya.

Akhirnya saya sadar, saya kesepian, dan saya ingin kembali populer. Saya bukannya ingin jadi bintang sekolah atau gadis populer seperti di sinetron remaja, saya hanya ingin kembali mempunyai kehidupan sosial seperti saat saya di Jakarta dulu. Saya ingin dikelilingi orang-orang yang bukan termasuk golongan “aneh”, bukan karena malu bersama mereka, namun karena kami 'berbeda'. Saya ingin punya teman-teman yang menyenangkan dan bisa diajak bersenang-senang. Saya ingin dikenal dan disapa orang. Saya butuh teman. Teman saya di Norwegia, Ajay namanya, menyarankan untuk tampil lebih modis dan memberanikan diri untuk mendekati orang-orang yang ingin saya jadikan teman. Ya, saya harus kembali menelan perasaan rendah diri saya dan mulai berusaha. Saat itu saya mulai sadar, keberadaan saya disini tidak akan menghasilkan apa-apa kalau saya tidak mau berusaha untuk hidup bahagia, dan saya harus mulai dari diri saya sendiri.

Saya tidak lagi mengharapkan orang lain tersenyum dan menyapa saya di koridor, melainkan saya yang menyapa orang lain terlebih dahulu. Saya memberanikan diri untuk bergabung dengan teman-teman baru. Saya berusaha untuk berpenampilan lebih menarik. Saya berusaha untuk lebih belajar bahasa Perancis. Singkat cerita, akhirnya saya menemukan teman-teman yang saya inginkan, yang bisa saya ajak tertawa bersama, mengobrol bersama, dan banyak hal lainnya. Namun yang paling penting adalah, dalam proses pencarian orang lain itu, saya menemukan diri saya sendiri, Adelia yang sudah lama hilang tenggelam dalam ketakutannya yang absurd. Ya, Adelia yang dulu kini muncul lagi! Adelia yang selalu tersenyum pada semua orang, yang ceria, yang memakai pakaian warna-warni dan bernyanyi sendiri. Dan satu hal lagi, saya tahu bahwa saya bisa melakukan banyak hal kalau saya mau percaya pada diri saya sendiri.

Tahapan pertama saya berakhir dengan cukup menyenangkan. Saya lalu kembali menjalani hidup seperti biasa. Saya mulai menikmati hidup, namun tetap tidak berhenti mengeluh. Entah apa yang ada di pikiran saya, namun saat itu saya terlalu iri pada semua teman-teman saya. Saya masih belum berhenti menjadi turis.

mercredi 27 mai 2009

susahnya cari uang, dan iya saya lagi cari kerjaan.

akhir taun ajaran emang membutuhkan duit banyak, dan in case lo adalah exchange student seperti gue, kebutuhan itu akan jadi dobel. jadi ya, disini gue butuh beli tiket buat school ball gue, dress sih udah ada dari jakarta, tapi gue gapunya sepatu. gue tadinya mau beli high heels yang bagus, dan bisa dipake sehari2 juga di jakarta. tapi ternyata kebutuhan yg harus gue beli masih banyak. lalu liburan gue itu selama sebulan, dan hostmum gue kayaknya pgn bgt gue keluar rumah dan melihat2 kota (dia kesel tiap kali gue memilih menghabiskan weekend dg komputer gue), dan temen2 gue punya acara banyak, which means gue juga butuh duit banyak buat jalan, makan, dan transport (fyi, tmn2 gue tinggalnya di gunung, bukan di thonon fuh). belom lagi Oleh oleh. aduh kesel deh gue semua org minta oleh-oleh, padahal nganterin gue aja kagak. lagian emangnya gue disini buat belaja2 dan duit gue berkelimpahan? paling gue cuma bawain coklat buat 4 bffs gue. parah duit gue abis. serius.

Belom lagi urusan sekolah di jakarta. Jaket Angkatan. Buku Tahunan. Promnight (gile mahal bener tiketnya). Prom dress (kan ga mungkin gue pake seragam ke Le Meridien). Dan gue ngga enak minta duit sama nyokap gue (dan gue gatau bakal dikasih apa ngga). Nyokap gue kan harus nyiapin buat bimbel gue (bimbel jutaan men sekarang fuh), belom lagi gue mau lanjutin ccf (ini lagi mahal abis) dan gue dgn gatau dirinya masih ngotot mau les piano lagi (ga di ypm lg, abusif soalnya haha which leaves Yamaha Pasific Place as the only good and reasonable choice and also which means another big expense). Belom lagi kan taun ajaran baru gue harus beli seragam baru (yang lama kayaknya udah ga muat deh haha) dan buku pelajaran yang baru, which are mahal bangets! Dan anaknya nyokap bokap gue kan bukan gue doang. Adek gue masih SMA juga. Mana sekolahnya mahal lagi (ini keluhan, bukan pamer). Aduh gue ngga tega sama nyokap bokap gue.

Dan oke, gue harus nyisain duit dari jatah bulanan gue disini utk membayar BT dan Prom. Semoga bisa. Amin. Harus bisa!

Tapi ya, gue jadi mikir, nanti gue di jakarta gimana hidupnya? Oke gue punya jatah bulanan buat ongkos dan makan. Tapi buat kehidupan sosial gue? Gue bukan klan Trihatmodjo yang emasnya berlimpah. Gue dulu pas kelas 1 dan 2 di jakarta sempet jadi guru piano buat sepupu gue, so i had some kinda income buat dipake macem2 (baca: jalan dan pacaran). Pas disini, sucks bgt rasanya gue cuma bisa make duit nyokap bokap gue tanpa bisa ngasilin duit sendiri, terutama akhir2 ini saat kebutuhan makin byk. Dan pas pulang, gue ngga tau apakah gue masih bs ngajar apa ngga, disini gue jarang nyentuh piano, dan gue adalah tipe org yg males ngerjain sesuatu kalo ga ada kewajiban (I mean kaya gue gabakal bljkr kl ga ikut bimbel, atau gue ga akan latian piano kl gue ga les). Tapi iya, gue masih bisa main kok, asalkan jangan dikasih Chopin mendadak aja. Aduh gue ngga tau. Gue pengen banget ngajarin french buat beginners (yah kalo ngajarin yg udah jago mah gue jd takut sendiri), atau jadi guru privat english buat bocah sd-smp (sma jg boleh asal ganteng haha ngaco), atau yah gue mau ngajarin bocah2 sd main piano. I need to make my own income, like seriously. Ada yang mau ngasih gue kerjaan atau ada yang butuh atau kenal org yang butuh guru French/English/Piano? Gue juga bisa ngajarin bahasa itali kok dikit2, nilai gue bagus2 kok di sekolah hehe. atau ada yang punya bisnis dan gue bisa bantu join?

kalo ada, beneran deh, gue serius ini nyari kerjaan. hubungi gue yah. I shall be free from end of July.

thanks yay :)

i should've posted this one yesterday






i went to school this morning wearing my favourite skirt, blue top, and my prettiest shoes. it was cloudy all day, and a lil bit windy. great. i was almost dying of the heat these past days. and after school it was raining. i got off the bus and walked home, the rain was kinda hard. i was all wet. my shoes are wet too. but i love rain. suddenly i wanted to cry. no, i wasnt sad. it's just crying in the rain seems soo dramatic like in movies. okay i know it's weird. i'm weird and i love dramatic things. i even throwed the K part of my necklace to the lake just to make it dramatic if i ever tell it to people, well i did that because i want to get rid of that part also. i wish i could throw that thing into the Seine river, it'd sound better and more dramatic. haha. anyway i still have the A part of the necklace eventhough i'm not wearing it at the moment. However, i dont post this one to tell you about my strange attitude but i want to share some of my random shots.

ciao!

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman... (part 5)

Hari-hari pertama saya disekolah terasa menyenangkan. Bagaimana tidak, saya bagaikan bintang. Semua orang ingin berkenalan dengan saya, si anak pertukaran pelajar dari Asia. Saya satu-satunya perempuan dari 4 murid pertukaran di Lycee de la Versoie, sekolah saya. Saya tidak bisa bahasa Perancis sama sekali, dan orang-orang berlomba-lomba untuk bicara pada saya dalam bahasa Inggris. Saya tidak merasa kesepian, karena selalu ada banyak orang yang mau menemani saya. Masalah bahasa tidak begitu mengganggu, karena saya selalu bisa membalas perkataan orang lain dengan senyuman atau anggukan, dan mereka pun terlihat senang bisa berbahasa Inggris dengan saya.

Hidup saya di bulan pertama tidak mengalami perubahan yang drastis. Saya dikelilingi oleh banyak orang, yang walaupun saya tidak ingat semua nama mereka. Saya masih berhubungan nyaris setiap hari dengan keluarga dan pacar saya lewat internet. Saya makan nasi hampir setiap hari. Saya mencoba banyak hal baru disini, dari mulai makanan hingga jalan baru di tengah kota. Kalau saya bisa menyingkat hidup saya dalam satu kata, yang akan saya pilih adalah euphoria. Saya merasa sangat senang dan bangga bisa berada di Eropa. Saya senang mendengar perkataan teman-teman saya tentang betapa irinya mereka dengan saya, sementara mereka harus berkutat dengan rumus integral di Jakarta. Saya senang karena makanan disini begitu enak. Saya senang karena ada banyak bule cantik dan ganteng disekitar saya. Saya senang karena saya langsung menjadi murid kesayangan di kelas bahasa Inggris saya. Saya senang karena saya berada di jurusan bahasa, dimana pelajaran matematika mereka sangat mudah sehingga saya yang tidak bisa bahasa Perancis saja bisa langsung mengerjakan soal-soal tersebut dengan lancar. Saya senang karena hampir semua orang menganggap saya spesial, karena saya si murid Asia. Ya, euphoria, bukan?

Minggu demi minggu terus berjalan, dan kepopuleran yang saya nikmati mulai memudar. Orang-orang mulai menganggap saya biasa. Saya bukan lagi sebuah pusat perhatian. Saat itu saya sadar, tahapan euphoria sudah selesai. Saya bukanlah seorang turis, melainkan seorang remaja yang harusnya menjalani kehidupan normal disini. Sayangnya untuk mempunyai 'kehidupan normal' sama sekali tidak mudah. Saat itulah saya mulai mengeluh.

lundi 25 mai 2009

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman... (part 4)

Setelah dua hari perjalanan, saya sampai di Paris. Ya, saya tidak bercanda, perjalanan saya makan waktu dua hari. Pesawat saya rusak di tengah jalan sehingga perjalanan saya terhambat dan saya juga harus menginap satu malam di Kuala Lumpur International Airport. Impian saya untuk melihat kota Paris dan menara Eiffel belum dapat terwujud, karena saya ternyata hanya dijadwalkan singgah di Paris untuk tidur lalu pergi keesokan paginya. Sore keesokan harinya, saya sampai di Tain, dimana ibu angkat saya menjemput saya.

Namanya Genevieve. Sejak pertama kali melihatnya secara langsung, saya tahu dia sama sekali bukan tipe wanita seperti mama saya, ataupun tante-tante saya. Cara berpakaiannya saja sudah menggambarkan bahwa dia bukan tipe wanita kota besar ataupun tipe wanita yang sering bersolek. Ibu angkat saya memakai setelan olahraga, saya langsung tahu bahwa dia adalah maniak olah raga. Saya ragu apakah saya nantinya akan cocok atau tidak, karena saya sudah dapat merasakan bahwa saya 180 derajat berbeda dengannya. Bilang saya sombong atau seenaknya menghakimi orang, saya saat itu hanya melihat dari kacamata subjektif seorang anak kota besar.

Akhirnya saya sampai di Thonon les Bains, kota dimana saya akan menghabiskan sebelas bulan kedepan. Saya bertemu keluarga angkat saya. Renaud, sang ayah; Caroline, anak tertua; Oceane, anak kedua; Robin, anak terakhir; dan Laska, anjing kesayangan. Dan benar saja, mereka semua pecinta olahraga. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan menyukai olahraga, hanya saja saya tidak berbakat sama sekali dalam bidang tersebut, dan saya tidak suka jika nantinya saya dipaksa berolahraga keras, saya lebih suka membaca buku, menulis, menggambar, berbelanja atau menonton televisi. Saya tahu, saya adalah tipikal remaja ibukota yang manja, bukan? Untungnya di depan kamar saya ada sebuah piano, dan ternyata Renaud jago sekali bermain piano. Paling tidak saya bisa 'melarikan diri' pada tuts hitam-putih tersebut, dan akan ada lantunan melodi indah yang sering terdengar di dalam rumah.

Senin esoknya, kehidupan saya dimulai. Sekolah.

dimanche 24 mai 2009

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman.. (part 3)

Keluarga saya begitu bersemangat menyiapkan keberangkatan saya, sementara saya masih datar-datar saja. Kakek saya sampai bertanya, “Sebenernya kamu mau mau pergi apa ngga sih? Ngga gampang lho buat nyiapin keberangkatan kamu ini. Keliatannya kamu biasa-biasa aja, malah kayak males-malesan.” Blek. Saya saat itu hanya bisa berkata iya, toh tidak mungkin saya menceritakan kegundahan saya pada kakek saya, saya tidak mau membuat beliau sedih atau ikut bingung bersama saya karena kakek saya adalah orang yang paling mendukung saya selama ini. Saya tahu, keluarga saya sudah berbuat banyak untuk kepergian saya. Saya tahu seharusnya saya tidak perlu ragu, karena ada ratusan anak di luar sana yang menginginkan tempat saya sekarang. Saya tahu seharusnya saya merasa sangat beruntung. Saya tahu harusnya saya sangat bersemangat seperti teman-teman saya yang lain. Sebagian diri saya sangat ingin pergi melihat dunia dan mengalami kehidupan baru, namun sebagian diri saya yang lain masih berenang dalam kebingungan dan ketakutan.

Ya, takut, mungkin sebenarnya itu yang saya rasakan. Panggil saya pengecut, saya tidak akan marah. Saya takut menghadapi kemungkinan yang ada. Saya takut harus memulai suatu kehidupan dari awal, dimana saya tidak punya teman sama sekali yang bisa membantu saya. Saya takut teman-teman saya di Jakarta akan melupakan saya. Saya takut pacar saya akan memutuskan hubungan kami karena masalah jarak dan waktu yang terlalu jauh dan lama, saya takut kehilangan semua yang telah saya jalani bersama dia selama ini. Saya takut kalau ternyata kepergian ini adalah keputusan yang salah. Saya takut pada banyak hal dan saya tidak tahu apapun yang akan terjadi nantinya saat saya tidak ada di Jakarta lagi.

Satu hal yang saya tahu pasti, siap atau tidak siap, mau atau tidak mau, dan setakut apapun saya, saya harus berangkat. Tiket pesawat sudah dipesan, saya sudah cuti dari SMA Negeri 8, visa sudah di tangan, dan saya tidak mau mengecewakan orang-orang yang sudah mendukung saya selama ini.

9 September 2008, saya berangkat. Tentu saja saya menangis. Handphone saya tidak boleh dibawa.

samedi 23 mai 2009

lovey dovey thingy anyone?

last night around midnight i was still texting with my friend, then suddenly i realized that i haven't done this kinda stuff since a long time. not sending message on the cellphone, but texting my friends just to have fun or just to talk about random things to escape from some boring moments. I've just realized these past three years i was too focused on my bf. not that i didn't have friends or girlfriends, but i think my favorite subject to talk about with them was my bf, like all the time i talked about the lovey dovey thingy. and yeah, i could send like 200 messages a day to my bf. weird, huh?

okay so last months i broke up with my bf for like 2,5 years (and surprise surprise now he has a new girlfriend- hey I'm not supposed to be gossiping around about him, right?) and hey it's already a month? wow time goes really fast! okay back to topic, after that broken heart phase, now I'm already okay, gosh I'm so doing fine. jack johnson was right, you cant stop wishing if you cant let go ;) The good thing is, i dunno how, I've found some friends, and really I'm not the old mellow yellow adelia I've became these past 1 year. it's like... umm, free?

i can chat with anybody, i can go online every time i want. there's nobody jealous of me or telling me not to get too close with my bffs which happened to be boys. and it's just fun that i can send messages to my friends not for telling them my love story but just to get busy and laugh over some random things like the dull French class. yay the main thing is i can now open my eyes and mind for like everything. yeah like i said before, it's like being free.

not that i say i've had a bad relationship with a bad man, i think it's just me who took things too seriously and forgot about other things which actually are interesting. yeah someone was right about moving on, and maybe we just weren't made for each other. and i'm not saying that being in a relationship is a bad thing, no, i'm not scared of falling in love and having a relationship again, well maybe not now, but the thing is maybe getting too serious is not a good idea. after all, i'm still young, eighteen years old is still a long way to get married, right? ;p

and now i wonder, hey why was i scared being single? yeah kinda abstract, i think i was too dependent that time, not by the status but by the person. maybe i was scared nobody would like me except him, ah silly me i forgot about my bunch of fellas. okay the big thing is i'm not alone, i'll never be alone. and well now even though i wont be seeing that particular guy at the airport when i arrived in jakarta, or maybe i'll never meet him again, it'll all be fine. i'm out of that love, and i still have plenty of loves from my family and friends, and who knows what will happen next right? lol <3

vendredi 22 mai 2009

bright sunshine and i'm all burned

iya ibu itu topless haha


i went to the 'beach' of Lac Leman on Wednesday. actually the beach is not a real beach. it's just the lakeside and there are some pools, nevertheless that's called a beach here. I finished school at 10, took the bus, and walked down to the lakeside. Then i arrived at the beach, paid the entrance fee, and walked around. it was my first time, so i was pretty much like a tourist. okay bref. than i swam for a moment, bought a super-expensive-panini (I should have brought my own sandwich!) bcos i was starving. then i sat on the ground. nope, i didn't want to have a suntan, I'm black enough you know. so i spent like one hour sitting doing nothing, seeing Switzerland afar, and then went home.

nah, the weird thing is i met my French teacher there. she was lying on the grass wearing swimming suit and eating apple. not that teachers are not allowed to swim, but it was just weird. i mean, you dont picture your teacher in a swimming suit and lying on the grass, do you? thank god it's france. i couldnt imagine seeing my indonesian teachers doing the same thing, it'd be awkward.

then when i was sitting back in the ground, i turned my head and see two nudists. two topless old ladies. i bet you've heard that French beaches are full of nudists. i didn't expect old ladies to be nudists (okay they still wore thongs), it was just weird seeing breasts being shown around. i told chantelle about these things and she said that she probably wont come to the beach, it's gross. but well there's a good thing, the pool guard was smokin' hot. yay. we'll go there next week maybe. anyway overall the beach was awesome, the scenery and ambiance you'll love it :)

okay that's all. now I'm sitting on the window, hoping for a wifi ( i take the neighbor's wifi connection lol), and actually skipping class. i don't have French class today, and i wag my physics class bcos there's a test (i can only come for 2 times per week, so i couldn't do much either. my schedule's a mess.) my next class is at 14h, still have plenty of time :)

bonne journee!

ps. untungnya sekolah disini gratis. jadi ga ada yang protes "udah disekolahin mahal-mahal juga!" haha

jeudi 21 mai 2009

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman.. (part 2)

Dua bulan sebelum keberangkatan, saya bingung. Saya betul-betul bingung. Saya tidak bisa bahasa Perancis, namun saya juga tidak punya waktu untuk les bahasa Perancis karena sekolah saya menuntut hampir seluruh dari waktu saya untuk belajar dan belajar, saya sudah bilang saya bukan murid jenius. Saya belum siap untuk pergi. Saya tidak tahu kenapa saya harus pergi. Saya bahkan tidak tahu apakah saya sepenuhnya ingin pergi. Saya bingung. Sebenarnya, saya sendiri tidak tahu pasti apa yang saya bingungkan atau mengapa saya harus memusingkan semua ini. Bukankah semua yang saya dapatkan saat itu adalah sesuatu yang sangat indah, dan sudah saya inginkan sejak pertama ikut seleksi?

Kebingungan saya semakin memuncak di akhir kelas 2 SMA saya, saat surat cuti saya sudah didaftarkan pada pihak sekolah, saat saya sudah harus bolak-balik kantor AFS di Kebayoran untuk mengurus dokumen. Kepergian saya sudah hampir pasti, namun saya masih bingung dan resah.

Masa-masa orientasi sebelum kepergian pun dimulai. Saya, Adilla, Riri, Ajay, Nana, dan Hilfi, kami semua akan pergi melalui program AFS, kami dikumpulkan untuk membuat sebuah talent show untuk melepas murid asing yang akan pergi dari Indonesia, sekaligus sebagai debut kami dalam keluarga AFS. Pertunjukan kami berlangsung sukses, dan saya senang karena saya bisa mengenal dekat anak-anak yang tadinya saya tidak kenal dan saya tidak berani untuk dekati. Tenyata mereka tidak semenakutkan yang dulu saya pikir, harusnya saya dulu percaya diri saja untuk berkenalan dan bermain bersama mereka. Mereka semua sama seperti saya, mengapa harus malu? Saat pertunjukan kami usai, saya ingat, ada video yang diputar mengenai murid-murid yang akan pulang tersebut dan tahun yang mereka sudah jalani. Saya terharu, dan hampir menangis. Seorang dari kami berkata, “Gue jadi pengen cepet pergi nih.” Seorang lagi bertanya, “ Taun depan kita bakal kayak gini juga ngga ya?” Saya senang, penasaran, namun tidak tahu harus berkata apa, karena saya masih tenggelam dengan kebingungan dan keresahan saya. Bahkan saat orientasi nasional di akhir Juli 2008, saya masih bertanya-tanya tentang kepergian saya. Saya akui, saya memang menjadi lebih siap dan bersemangat untuk pergi, dan pembekalan serta pembelajaran yang diberikan saat itu sangat berguna bagi saya. Namun entah mengapa, masih tersisa keraguan di dalam benak saya yang belum teratasi.

Saya bertanya pada kakak-kakak yang pernah pergi, pada Dila, pada Elsa, dan pada Kak Elfi. Apakah yang akan saya alami akan sebanding dengan apa yang saya tinggalkan di Jakarta? Apa yang akan saya alami nantinya disana? Apakah saya bisa bahagia nantinya? Apa yang sebenarnya saya cari di Perancis? Apakah setahun di luar negeri itu sangat berharga sampai-sampai saya harus meninggalkan keluarga saya, zona nyaman saya, teman-teman saya, hingga pacar saya? Yang terakhir itu memang agak konyol, tapi saya kan hanya seorang remaja tujuh belas tahun, yang emosinya sangat labil dan terlalu membawa serius masalah percintaan, mungkin saya terlalu banyak membaca novel remaja atau menonton film drama korea.

the world of my own

lately i realized that something has changed within me. I'm getting more and more "alone". Not telling you that i dont have any social life, but it seems i enjoy wandering alone in my thoughts. It's kinda difficult to stay listening on conversations (especially when people talking about uninteresting subjects, in french, speaking loud and fast). I maybe listen for 5 minutes, and then get lost. I'm lost in the world of my own. And sometimes people's presence annoys me. Some people, not every people. I still love being among my friends.

Am i being authistic? It's like i'm not living in the real world. Although i have social life,i have to admit that most of my life is pretty mush about the internet, facebook and my blogs. I found out that i spend most of my times wondering what to write on my blog post. Weird isnt it? I'm becoming more and more solitaire. I dont know why. I'm not normal.

But i do have life outside, and back home in Jakarta.
I love blabbering around and laughing out loud. Outside.
This house depressed the hell out of me.
I need my friends.

Adieu

skyzophrenic? (hell i dont know how to spell it)

my host mum just told me that it pissed her off that i dont speak at all at home. she asked me if i realized that she didnt speak to me these past 2 days. okay, honestly i didnt. these past four days i was too busy finishing Angels and Demons and Da Vinci Code. but, bref, that's not the problem.

so this was today's dialogue, translated in english.
Hostmum: See, you dont speak at all!
Adelia: Umm, yeah (not sure what to respond)
H: Do you realize that i didnt talk to you these 2 days? It wasnt comfortable for you, right?
A: Yeah.. (i hardly realized that she was doing that actually)
H: And so i am, you didnt talk at all at home. that brings problem to the family! It's not funny anymore (Hey who told you that it's a joke?) You told me that you seldom speak with your parents too, but it's okay with them. But not with me here. Now it's too late. And I know that you really wanna go home now, but that's because of you!
A: Yeah (still dont know what to say)

I dont know. i really dont know.
She was right about going home, i want it, but not bcos i'm having bad times here. Nope. I do really have great times with my FRIENDS. Okay, i admit it, i'm not close with my hostfam. seriously not. i dont know, until know i dont feel like a part of family. they said that i dont wanna talk at all with them. but hell, what should i talk about with them? My break-up with my two year bf and then 2 weeks later he already got a new gf? of course not! Seriously i had no idea what to do. My friends keep telling me to talk and spare times with hostfam. But how can i do that if i'm not comfortable with them, especially with my hostmum! Damn. I dont know. I'm having great times outside, in school, but i hate being at home. I'm okay with my hostdad, i can talk to him, he's way better than my hostmum idk why. But well, if i cant solve this problem, i only have 53 days left anyway. Life sucks in this home.

ini puisi favorit gue

yay, i found this one like 7 years ago. my friend in YPM showed me a poem book by Ilham Malayu then i read this one and suddenly fell in love with it. I've tried to find the book in many bookstores but still couldnt find any. If any guys found the book with the title "Spring on the calendar, autumn in my heart" by Ilham Malayu, published in 1954, please tell me :)

so here's the poem..

In the darkness I see light

In light I’m alone

Alone I feel sad

In sadness I fell lonely

This kind of loneliness I don’t like

What I like I don’t have

What I’ve had I don’t like

In what I have there’s not you

Where you are I don’t know

In what I know people don’t see

In what they see I see illusion

What I want is very simple

Truth…and nothing but the truth

I doubted you

I’m still in doubt

As there should be only

One in a million, in this distracting sea of life,

to be met, to be found and to be loved forever…

In doubt,

In this emptyness of solitude

I want you…

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman.. (part 1)

Kisah ini bermula bukan di Bandara Soekarno Hatta di saat saya memasuki pesawat menuju Kuala Lumpur, ataupun di saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Aeroport Charles de Gaulle Paris, namun jauh sebelum itu, sekitar satu setengah tahun sebelumnya, disebuah ruangan kelas XD SMA Negeri 8 Jakarta.


Hari itu beberapa kakak kelas datang ke kelas saya. Saya ingat, saat itu ada kak Amri dan kak Pamung dan mungkin ada kakak yang lain namun saya lupa siapa, yang masuk ke kelas saya,mempromosikan sebuah program yang telah mereka jalani, bersama sebuah organisasi bernama AFS dan Bina Antar Budaya. Mereka memperkenalkan diri dalam berbagai bahasa asing; bahasa Jerman, Inggris yang sangat lancar, dan Perancis. Terus terang saya terpesona, dan sepertinya mereka sangat bangga dan bahagia dengan apa yang telah mereka dapatkan setahun lalu di luar negeri. Saya ingin seperti mereka, dan walaupun saat itu saya belum tahu motivasi saya selain untuk 'coba-coba-siapa-tahu-dapat', saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di seleksi chapter Jakarta. Saya pergi ke Jalan Teuku Umar, dan mengambil formulir bersama teman-teman saya. Pacar saya saat itu sempat marah karena saya tidak memberitahu dia kalau saya mau ikut program seperti ini.


Akhirnya pada suatu hari minggu saya datang ke STBA LIA Pangadegan untuk seleksi pertama, Bahasa Inggris dan Wawasan Umum. Disana ternyata ada banyak sekali murid-murid dari seantero Jakarta, dan saya tahu peluang saya kecil untuk diterima kalau saingan saya banyak sekali, apalagi banyak wajah-wajah jenius yang saya lihat disana. Disaat orang-orang lain sibuk membaca koran bahkan RPUL untuk mempersiapkan diri mengikuti tes, saya malah sibuk mondar-mandir menyapa teman-teman lama yang saya jumpai disana. Saat tes berlangsung, saya bingung. Tes bahasa inggris terbilang membingungkan, tapi saya cukup senang karena ada bagian membuat essay karena saya suka menulis, dan akhirnya hasil essay saya sepertinya mirip dengan buku harian, panjang, namun saya lupa apa yang saya tuliskan dulu. Tes pengetahuan umum saya terbilang kacau, ternyata saya tidak tahu banyak hal! Mana saya tahu lagu Nidji yang jadi soundtrack Heroes di Asia, saya saja belum pernah menonton Heroes saat itu. Parahnya lagi, saya bahkan tidak tahu kalau Sekjen PBB sudah bukan Kofi Annan lagi melainkan orang Korea yang saya tidak tahu siapa namanya sampai sekarang. Tapi Tuhan sayang saya, karena saya lulus seleksi itu.


Saya lalu mengikuti seleksi-seleksi selanjutnya. Disekitar saya selalu ada orang-orang berpenampilan prestigius atau berwajah jenius, namun semua itu bukan masalah, karena saya saat itu bukanlah seorang yang ambisius. Namun sejatinya saat itu saya cukup rendah diri, karena orang-orang disekitar saya sepertinya mudah bersosialisasi, sementara saya terlalu pemalu untuk memulai percakapan dengan orang baru, mereka semua terlihat 'hebat' di mata saya. Saya tahu, pasti di formulir mereka tertulis banyak prestasi akademik maupun non-akademik, tidak seperti formulir aplikasi saya yang saat mengisinya saja saya bingung mau menulis apa. Saya cuma murid biasa yang dikelilingi murid-murid unggulan di sekolah saya yang unggulan pula. Tapi sekali lagi, ah tidak, berkali-kali lebih tepatnya, Tuhan sayang saya, karena saya lulus seleksi-seleksi tersebut.


Bulan puasa 2007, saya diberitahu kalau saya lulus tahap nasional. Saya senang, tapi saat itu saya belum sadar kalau apa yang saya dapatkan saat itu adalah sesuatu yang 'besar'. Saya lalu bertemu teman-teman yang lainnya di kantor Limau, saya masih rendah diri dan pemalu, saya sepertinya hanya bicara pada teman-teman yang sudah saya kenal saat itu, yang berasal dari sekolah saya; Tony, Nana, Ajay, dan Laudy. Anak-anak yang lain entah mengapa, terlihat begitu 'wah' dimata saya.


Ketika ditanya negara mana yang saya inginkan, yang terlontar pertama kali dari mulut saya adalah: “Amerika!” Ya, Amerika. Saya ingin sekali ke Amerika. Amerika adalah impian saya, mungkin saya terlalu banyak menonton film dan serial tv tentang kehidupan remaja di Amerika yang menakjubkan. Pilihan kedua saya adalah Perancis, mungkin karena di Perancis tinggal tante saya dan saya ingin sekali melihat menara Eiffel. Pilihan ketiga saya adalah Jerman, bukan karena saya sudah belajar bahasa Jerman di sekolah, melainkan karena saya ingin menonton pertandingan sepakbola disana dan melihat Oliver Kahn serta Miroslav Klose bertanding. Yang ada dipikiran saya saat itu adalah, setahun ke depan saya akan jalan-jalan, rekreasi, liburan panjang layaknya turis. Mana saya tahu kalau ternyata pertukaran pelajar ini bukan hanya sekedar jalan-jalan.


Saya tidak jadi ke Amerika. Saya dapat ke Perancis.