lundi 1 juin 2009

kalau saya boleh merangkum perjalanan ini dalam sekian halaman... (part7)

Hari hari saya selanjutnya berjalan begitu saja. Saya mulai merasa nyaman dengan kehidupan yang saya jalani disini. Saya pindah jurusan di sekolah, dan bisa berkenalan dengan lebih banyak orang. Saya punya dua sahabat, Landon, yang berasal dari Amerika, dan Eliott dari Meksiko. Emosi saya masih seperti roller-coaster, naik turun. Saat mood saya sedang baik saya sangat senang. Saat liburan tiba dan saya pergi ke Paris dan bertemu keluarga saya serta menara Eiffel, saya sangat terhibur. Namun saat kembali ke Thonon, saya mulai sedih dan bosan kembali kecuali jika saya sedang melakukan sesuatu yang asyik bersama dua sahabat saya itu. Saya kembali melankolis jika teringat hubungan saya dengan pacar saya yang makin blur. Saya mudah marah-marah tidak jelas kalau keluarga saya bertanya macam-macam dan terlalu khawatir serta menasihati saya layaknya anak balita. Tidak ada patokan jelas mengapa saya bisa tersenyum seharian atau merengut seharian. Saya memang aneh. Namun saya memang sering seperti ini saat dulu di Jakarta. Paling tidak saya tahu, saya sudah merasa seperti berada di rumah sendiri. Hal yang cukup baik, bukan?

Febuari, bulan keenam saya, datang, dan entah mengapa saya merasa hidup saya mulai berbeda, menjadi lebih menyenangkan. Saya mulai dekat dengan teman-teman sekelas saya, bahkan partner saya di kelas eksperimen IPA, Rachel namanya, dengan senang hati “membawa” saya ke dalam lingkup pertemanannya. Menemukan teman-teman dekat baru cukup menghibur saya dari kehilangan Landon, sahabat terdekat saya saat itu, yang harus kembali ke negaranya. Saya dan Eliott lalu kedatangan seorang murid asing lainnya, Chantelle, dari Selandia Baru. Hari paling spesial di bulan Febuari pun datang. Tanggal sebelas, yang merupakan ulang tahun saya yang ke-delapan belas. Mengetahui saya tidak punya rencana apapun untuk merayakan hari jadi tersebut, teman-teman saya berinisiatif membuatkan sebuah pesta kecil-kecilan di Pegunungan Alpen. Wow! Perayaan tersebut membuat saya semakin dekat dengan mereka, dan untuk pertama kalinya saya merasa 'diinginkan' sebagai teman oleh penduduk asli, bukan hanya sebagai objek yang menarik karena berasal dari negara lain ataupun perasaan kasihan. Saya merasa diterima, perasaan yang sudah sekian lama saya rindukan.

Bulan Febuari saya berlanjut dengan liburan musim dingin di Grenoble. Saya tidak pergi dengan keluarga angkat saya, mereka semua sibuk bermain ski, sementara saya tidak tertarik sama sekali dengan olahraga salju tersebut. Saya berangkat ke Grenoble sendiri, mengunjungi Segolene, teman sekaligus koresponden saya di AFS yang tahun lalu tinggal di Makassar. Liburan lima hari saya sangat menyenangkan! Kota besar, pusat perbelanjaan, pemandangan indah, makanan enak, hidup bebas layaknya mahasiswa, dan bicara bahasa sendiri! Setelah liburan berakhir, saya harus kembali ke sekolah, namun kali ini saya sudah berubah, saya memutuskan untuk merasa bahagia dengan kehidupan saya. Febuari adalah awal dari perjalanan saya yang “baru”.

Sebuah pelajaran penting yang merubah pola pikir saya dalam memandang hidup sebenarnya hanyalah hal kecil yang semua orang sudah tahu, yaitu bersyukur. Selama ini saya hanya memandang hidup dari sisi negatif sehingga saya selalu dapat menemukan kekurangan dari semua hal. Padahal saya seharusnya sangat amat bersyukur dengan keadaan saya sekarang, karena saya begitu beruntung. Saya punya keluarga angkat tetap yang baik, walaupun kami tidak begitu dekat, namun tidak ada yang salah dengan mereka. Teman saya yang lain ada yang harus sampai 5 kali ganti keluarga, dan ada pula yang ibu angkatnya sangat menyebalkan layaknya ibu-ibu jahat yang diperankan Leily Sagita dalam sinetron tengah hari. Saya tinggal di Eropa dan bisa belajar bahasa asing selain bahasa Ingris, lagipula saya tidak kehilangan kesempatan belajar bahasa Inggris disini, teman-teman dekat saya, Chantelle dan Landon, mereka semua bicara bahasa Inggris. Teman-teman saya yang lain, mereka semua begitu baik pada saya, satu hal lagi yang harus saya syukuri. Tuhan sangat sayang saya, kenapa saya lupa hal itu?

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire